Dalam satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Setiap datang hari yang baru, pada pagi harinya selalu turun dua malaikat ke bumi. Malaikat yang satu memohonkan kepada Allah, 'Ya Allah! Berilah tambahan rezeki bagi orang-orang yang mau berkorban membantu orang lain'.
Sedangkan malaikat yang satu lagi berseru kepada Allah, 'Ya Allah! Biarlah habis tiada berfaedah segala kekayaan orang-orang yang tidak mau membantu sesamanya'.'' (HR Bukhari dan Muslim). Dalam Islam ada satu ajaran yang penting untuk diketahui, bahwa pada setiap kelebihan harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Allah berfirman, ''Dan mereka yang dalam harta kekayaannya ada bagian yang sudah ditentukan, untuk orang miskin yang meminta dan orang yang tak meminta (tapi ia butuh).'' (QS Al-Ma'arif: 24-25).
Ini menunjukkan bahwa derajat kesalehan dalam beragama tidak hanya terkait dengan pelaksanaan ibadah yang bersifat formal, tetapi ada aspek lain yang harus diperhatikan, yaitu apakah kita telah menunaikan kewajiban sosial terhadap orang lain. Perintah berinfak dan berzakat, misalnya, bertujuan untuk mendidik kita agar menjauhi sifat mementingkan diri sendiri dan sebaliknya mewujudkan semangat berbagi dengan orang lain.
Memberikan kelebihan yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkan amat dianjurkan dalam Islam, seperti terungkap dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id yang memberitakan pada suatu perjalanan Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mempunyai kelebihan kendaraan hendaklah memberikan kepada orang yang tidak mempunyainya.
Dan barangsiapa mempunyai kelebihan perbekalan hendaklah memberikannya kepada yang kehabisan bekal.'' Di balik ungkapan tersebut tersimpul semangat penyelenggaraan kehidupan atas dasar sinergi dan kebersamaan. Berbagi dengan orang lain merupakan bentuk nyata dari keimanan dan rasa syukur pada Ilahi. Makin banyak orang ikut merasakan nikmat yang kita peroleh, itulah wujud kesyukuran yang diberi penilaian tertinggi. Dalam ajaran Islam, semangat itu diwujudkan dalam tiga kategori amal. Ada yang bersifat imperatif, yakni kewajiban berzakat; ada yang merupakan keharusan seperti infaq fi sabilillah; ada pula yang bersifat fakultatif seperti sedekah.
Di antara ciri orang bertakwa menurut Alquran ialah gemar menginfakkan harta dalam keadaan lapang maupun dalam kesempitan. Jika dicermati lebih jauh, ketakwaan dalam agama memiliki korelasi yang sangat erat dengan akhlak sosial. Di tengah maraknya sikap individualistik dan pengagungan nilai-nilai materi pada saat ini, setiap Muslim perlu berkaca pada nasihat Rasulullah, ''Manusia yang paling dicintai Allah ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Amal yang paling utama ialah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang yang beriman, melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan utang-utangnya.''(HR Ibnu Hajar al-Asqalani). (M Fuad Nasar)
sumber : republika
Sedangkan malaikat yang satu lagi berseru kepada Allah, 'Ya Allah! Biarlah habis tiada berfaedah segala kekayaan orang-orang yang tidak mau membantu sesamanya'.'' (HR Bukhari dan Muslim). Dalam Islam ada satu ajaran yang penting untuk diketahui, bahwa pada setiap kelebihan harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Allah berfirman, ''Dan mereka yang dalam harta kekayaannya ada bagian yang sudah ditentukan, untuk orang miskin yang meminta dan orang yang tak meminta (tapi ia butuh).'' (QS Al-Ma'arif: 24-25).
Ini menunjukkan bahwa derajat kesalehan dalam beragama tidak hanya terkait dengan pelaksanaan ibadah yang bersifat formal, tetapi ada aspek lain yang harus diperhatikan, yaitu apakah kita telah menunaikan kewajiban sosial terhadap orang lain. Perintah berinfak dan berzakat, misalnya, bertujuan untuk mendidik kita agar menjauhi sifat mementingkan diri sendiri dan sebaliknya mewujudkan semangat berbagi dengan orang lain.
Memberikan kelebihan yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkan amat dianjurkan dalam Islam, seperti terungkap dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id yang memberitakan pada suatu perjalanan Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mempunyai kelebihan kendaraan hendaklah memberikan kepada orang yang tidak mempunyainya.
Dan barangsiapa mempunyai kelebihan perbekalan hendaklah memberikannya kepada yang kehabisan bekal.'' Di balik ungkapan tersebut tersimpul semangat penyelenggaraan kehidupan atas dasar sinergi dan kebersamaan. Berbagi dengan orang lain merupakan bentuk nyata dari keimanan dan rasa syukur pada Ilahi. Makin banyak orang ikut merasakan nikmat yang kita peroleh, itulah wujud kesyukuran yang diberi penilaian tertinggi. Dalam ajaran Islam, semangat itu diwujudkan dalam tiga kategori amal. Ada yang bersifat imperatif, yakni kewajiban berzakat; ada yang merupakan keharusan seperti infaq fi sabilillah; ada pula yang bersifat fakultatif seperti sedekah.
Di antara ciri orang bertakwa menurut Alquran ialah gemar menginfakkan harta dalam keadaan lapang maupun dalam kesempitan. Jika dicermati lebih jauh, ketakwaan dalam agama memiliki korelasi yang sangat erat dengan akhlak sosial. Di tengah maraknya sikap individualistik dan pengagungan nilai-nilai materi pada saat ini, setiap Muslim perlu berkaca pada nasihat Rasulullah, ''Manusia yang paling dicintai Allah ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Amal yang paling utama ialah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang yang beriman, melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan utang-utangnya.''(HR Ibnu Hajar al-Asqalani). (M Fuad Nasar)
sumber : republika
Tidak ada komentar: