by Nandang Burhanuddin
Para masyayikh Salafy, kini benar-benar merasakan pahitnya balasan junta kudeta. Akibat perilaku Salafiyyuun di Hizb An-Nour, tokoh-tokoh Salafy dihadapkan pada tindakan penghinaan dan pengucilan.
Siapa yang tidak kenal Syaikh Hassan, Syaikh Juwaini, dan syaikh-syaikh lainnya semua dilarang tampil di masjid-masjid yang dibangun dari jerih payah dan wakaf anggota Salafy. Akhirnya, Burhami sendiri merasakan perlakuan yang sama. Setelah fatwa-fatwanya yang aneh dan nyeleneh, ia kini dilaporkan kementrian agama Mesir ke polisi.
Kini satu persatu elemen Islam, baik Salafy-HT Mesir merasakan, betapa era Mursi -era demokrasi yang diharamkan- adalah era paling "terbuka" dan semua elemen Islam diberi kebebasan, termasuk meneriakkan khilafah bahkan mengharamkan demokrasi. Namun kini, para Syabab HT terdiam. Tak lagi mampu walau sekedar teriak. Bahkan tak mampu lagi, membuat status di FB atau medsos lainnya. Terutama setelah 70 orang ditangkap karena status FB yang menolak kudeta.
Sementara Ikhwanul Muslimin, tetap tegar dengan perjuangan damainya. Semua vonis pengadilan hingga keputusan yang mengatakan IM teroris, disadari sendiri oleh mantan PM era kudeta Beblawi, bahwa itu keputusan politik yang dipaksakan.
Subhanallah. Kemuliaan itu terlihat sudah, di era apapun kita hidup, yang paling nyata adalah amal shalih dan kebermanfaatan. Sedangkan hanya cuap-cuap lalu kemudian tiarap dan melahap produk-produk yang saat cuap-cuap diharamkan. Bukti dari kelainan jiwa, stress, atau tipe manusia yang tidak hidup di alam nyata.
http://muslimina.blogspot.com/2014/04/berkah-kudeta-pemimpin-salafy-mati-suri.html
Tidak ada komentar: