Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta
akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang.
Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu
menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan
yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.
Cinta adalah
menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi
yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya
bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang
menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan
seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.
Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik
nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih
berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang
dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap
makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung
membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk
Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi
sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih
yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal
marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun
karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta
adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah
hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik.
Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga
seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu
yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu
menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada
kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat
dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta
mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban,
berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.
Tentang Cinta itu
sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang
sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali
berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari
perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum
cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam
sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja."
Disatu sisi
Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi
menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia
mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari
rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita
berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.
Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia
melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain
kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani
kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya
seakan-akan ada tuhan selain Dia.
Apakah balasan yang kita berikan
sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan
ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita
"dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.
Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita
berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap
bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia
membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas
amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi
bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab. (Bayu
Gautama. Thanks to Herry Nurdi akan artikel "Belajar Mencinta"nya)
sumber : eramuslim
Tidak ada komentar: