Video Hikmah

AKHLAK BEKERJA (1)

A. Ikhtiar
a. Merencanakan pekerjaan sematang-matangnya oleh ahlinya (dengan ilmu)
“… maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl 16:43)
“Ketika kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari (kiamat) itu.” (HR. Bukhari)
Jika suatu persoalan diserahkan kepada orang yang tidak memiliki ilmunya maka mudharat yang dihasilkan akan lebih banyak daripada manfaat yang dihasilkannya.
b. Musyawarah
Fadhail syuraa :
banyak gagasan
tekanan per individu berkurang karena beban kerja  akan  ditanggung bersama
bisa mengerjakan tugas interdisipliner (berbagai disiplin tugas)
mempunyai potensi menyelesaikan tugas yang lebih sulit, lebih banyak dengan lebih baik dibandingkan seorang individu
‘Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan-lah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 3:159)
Ayat diatas memberikan petunjuk bahwa andaikata suatu persoalan telah diputuskan dalam musyawarah maka kita diminta konsisten melaksanakannya dan menyerahkan hal-hal yang diluar kekuasaan kita kepada Allah. Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. dalam perang Uhud sewaktu telah diputuskan dalam musyawarah untuk menghadapi musuh di luar kota Madinah; maka Nabi marah tatkala masih ada pemuda yang bimbang untuk berperang di luar kota.
“Maka sesuatu apa pun yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal, dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji dan apabia mereka marah mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari Rezki yang Kami Berikan kepada mereka. (QS. Asy Syu’ara 42:36-38)
c. Do’a
 “Sedekat-dekat hamba kepada Tuhan, ketika ia bersujud kepada Tuhan, maka banyak-banyaklah berdo’a di dalam sujud itu.” (HR. Muslim)
d. Pelaksanaan dengan sebaik-baiknya (Jiddiyyah)
Jiddiyah (kesungguhan) adalah lawan dari main-main, menyepele-kan, lemah dan santai.
Beberapa karakteristik kesungguhan :
Memanfaatkan waktu
Menjauhi senda gurau, jika sedikit, maka hal itu tidak berbahaya untuk mencerahkan jiwa.
Wasiat Hasan Al Banna, “Janganlah engkau bersenda-gurau, karena umat mujahid tidak mengenal kecuali kesungguhani.”
Sigap dengan tugas, tanpa menunda pekerjaan sekarang untuk esok. Tidak ada istilah santai dan berleha-leha, hingga pekerjaan menumpuk
Mengatasi kesulitan dan rintangan, seorang yang sungguh-sungguh tidak akan menyerah dengan kesulitan, dan tidak melemah di hadapan rintangan. Tetapi ia mengatasinya, selalu mencari jalan keluar, melipatgandakan kesungguhan dan terus menghadapinya sampai titik darah penghabisan.
e. Hasil akhir diserahkan pada Allah (Tawakal)

Baca Juga

Tidak ada komentar:

Tinggalkan Komentar