Jalanan Jakarta seperti biasa, panas dan berdebu, walau pagi ini belum juga
beranjak menjadi siang. Aku nyalakan tape dan AC di mobilku, sambil
bernyanyi-nyanyi kecil untuk menghilangkan kejenuhan, karena jalan menuju kantor
seperti pagi-pagi lainnya, penuh dan macet. Ternyata nyanyian itu tidak membuat
hatiku menjadi tenang. Batinku merasa lelah, hatiku mengeluh. Jenuhnya aku
dengan suasana rutinitasku sehari-hari, belum lagi urusan kantor yang tidak ada
habis-habisnya. Sampai-sampai aku sendiri tidak menikmati lagi apa yang dulu
menjadi kenikmatan tersendiri, bekerja di kantorku.
Di tengah kemacetan, tiba-tiba kaca mobilku diketuk oleh seorang tua dengan matanya yang sayu. Dia tersenyum padaku dan menawarkan makanan kecil yang dijualnya. “Neng, lima ratus per bungkus Neng.” ujarnya. Tanpa pikir panjang apakah aku suka dengan makanan yang dijualnya aku menjawab “Ya sudah Pak, beli 10 ya.”. Matanya berbinar-binar senang. “Alhamdulillah Neng, penglaris”. Subhanallah betapa senangnya aku melihat bapak tua itu tersenyum bahagia sekaligus mensyukuri rizkinya. Betapa indahnya berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Rasanya pagi itu yang serba membosankan berubah menjadi pagi yang indah untukku.
Astaghfirullaahal’azhim…. Rabb baik sekali memberikan kesempatan kepadaku untuk langsung berkaca pada diriku sendiri. Aku yang lebih beruntung dari Bapak tua itu, yang dapat duduk enak di kantor yang dingin, masih mengeluh atas kejenuhanku. Kalau saja mataku lebih terbuka, banyak orang-orang yang lebih tidak beruntung, tetapi mereka mencari nafkah dengan gembira, mensyukuri rizki yang diberikan Allah kepada mereka, sedikit apapun. Bapak tua itu, contohnya. Mungkin keuntungan dari penjualan makanan kecil yang diasongnya hanya mampu untuk menghidupinya hari itu, untuk esok, beliau harus bergulat dengan kerasnya Jakarta, begitu tiap harinya. Ya Allah, semoga Bapak tua dan orang-orang lain yang kurang beruntung diberi keikhlasan dalam menjalani hidup mereka, berikan mereka nikmat syukur dan nikmat rizki-Mu, berikan mereka ketabahan, tunjukkan mereka selalu jalan menuju istiqamah, Ya Allah, tolong kabulkan, hanya do'a yang dapat aku berikan untuk menolong mereka.
sumber : eramuslim
Di tengah kemacetan, tiba-tiba kaca mobilku diketuk oleh seorang tua dengan matanya yang sayu. Dia tersenyum padaku dan menawarkan makanan kecil yang dijualnya. “Neng, lima ratus per bungkus Neng.” ujarnya. Tanpa pikir panjang apakah aku suka dengan makanan yang dijualnya aku menjawab “Ya sudah Pak, beli 10 ya.”. Matanya berbinar-binar senang. “Alhamdulillah Neng, penglaris”. Subhanallah betapa senangnya aku melihat bapak tua itu tersenyum bahagia sekaligus mensyukuri rizkinya. Betapa indahnya berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Rasanya pagi itu yang serba membosankan berubah menjadi pagi yang indah untukku.
Astaghfirullaahal’azhim…. Rabb baik sekali memberikan kesempatan kepadaku untuk langsung berkaca pada diriku sendiri. Aku yang lebih beruntung dari Bapak tua itu, yang dapat duduk enak di kantor yang dingin, masih mengeluh atas kejenuhanku. Kalau saja mataku lebih terbuka, banyak orang-orang yang lebih tidak beruntung, tetapi mereka mencari nafkah dengan gembira, mensyukuri rizki yang diberikan Allah kepada mereka, sedikit apapun. Bapak tua itu, contohnya. Mungkin keuntungan dari penjualan makanan kecil yang diasongnya hanya mampu untuk menghidupinya hari itu, untuk esok, beliau harus bergulat dengan kerasnya Jakarta, begitu tiap harinya. Ya Allah, semoga Bapak tua dan orang-orang lain yang kurang beruntung diberi keikhlasan dalam menjalani hidup mereka, berikan mereka nikmat syukur dan nikmat rizki-Mu, berikan mereka ketabahan, tunjukkan mereka selalu jalan menuju istiqamah, Ya Allah, tolong kabulkan, hanya do'a yang dapat aku berikan untuk menolong mereka.
sumber : eramuslim
Tidak ada komentar: